Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut, tengah mempersiapkan
penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), tahun depan. Ini diketahui
dari postur belanja pegawai yang mengalami kenaikan dalam draft
Kebijakan Umum Anggaran (KUA).
Dalam
draft, APBD Sulut 2017 diasumsikan Rp3,5 triliun. Salah satu komponen,
yakni belanja pegawai mendapat porsi cukup besar, yakni Rp1,1 triliun.
Dari penjelasan yang tertuang dalam draft tersebut, anggaran sebesar itu
mengcover gaji PNS Pemprov yang berjumlah sekira 5.614 orang. Selain
itu, pemerintah mencantumkan asumsi kenaikan gaji PNS, termasuk
penerimaan CPNS melalui jalur umum yang direncanakan dilakukan tahun
depan.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sulut Dr
Femmy Suluh mengakui, sekira 2.000-an PNS se-Sulut yang pensiun tahun
ini. Sebanyak 279 PNS di antaranya berasal dari Pemprov Sulut. Namun hal
tersebut tak lantas membuka penerimaan CPNS. Karena, sistem penerimaan
CPNS harus mengikuti petunjuk pemerintah pusat.
"Belum
ada informasi dari pusat terkait penerimaan CPNS. Memang ada wacana
pengangkatan PNS tenaga kesehatan. Namun, itu hanya berlaku kepada para
pegawai tidak tetap (PTT). Belum ada petunjuk teknisnya (penerimaan
PNS, red)," terangnya.
Lanjut dia, pihaknya
belum mendapat informasi langkah apa yang akan diambil mengantisipasi
banyaknya PNS yang pensiun tahun ini. Kata Suluh, hingga saat ini masih
dilakukan pemaksimalan tenaga kontrak. "Kita tunggu saja nanti bagaimana
ke depannya. Yang pasti sampai sekarang kami belum mendapat petunjuk,"
jelas dia.
Sementara itu, pengamat pemerintahan Dr
Marthen Kimbal mengapresiasi adanya wacana penerimaan CPNS tahun depan.
Karena bagi dia, terlalu lama melakukan moratorium bakal berdampak pada
putusnya regenerasi.
Dijelaskannya, para pegawai saat
ini lebih banyak diisi birokrat yang berpengalaman sehingga stabilitas
terjaga. Namun jauhnya jarak penerimaan ASN dapat mengakibatkan sulitnya
mencari pemimpin satuan kerja di masa datang akibat minimnya
pengalaman.
"Stabilitas pemerintahan akan sangat
terbantu dengan hadirnya banyak sosok-sosok pemikir dan pekerja muda.
Ini pasti akan sangat membantu mempercepat tugas dan pekerjaan yang
sering terbengkalai," nilainya.
Agar moratorium tidak
mubazir, lanjutnya, setelah menerima ASN baru, proses birokrasi yang
sudah mendarah daging saat ini harus diubah. Revolusi mental harus
secara nyata diaplikasikan dengan menitik beratkan kedisiplinan dan
profesionalitas terhadap para ASN baru.
Sementara itu,
pengamat ekonomi Agus Poputra menilai, di sektor ekonomi, tingkat
kesejahteraan masyarakat bakal meningkat akibat semakin banyak lapangan
pekerjaan yang dibuka disertai jaminan yang memadai. "Tingkat kemampuan
masyarakat membeli barang pun meningkat. Secara tidak langsung
meningkatkan daya beli masyarakat kan," ujarnya.
Diungkapkan
Poputra, sektor pertanian dan perikanan menjadi yang paling membutuhkan
suntikan SDM handal. Mengingat lemahnya pertumbuhan dua sektor
tersebut. Padahal, menurutnya, potensi kedua sektor tersebut sangat
besar mendorong percepatan ekonomi nasional, khususnya di Sulut.
"Lihat
saja banyak bantuan yang sebenarnya sangat berpotensi membantu
meningkatkan produksi justru tak terjadi akibat minimnya tenaga
penyuluh. Saya kira penambahan tenaga kerja di kedua sektor tersebut
dibutuhkan," ungkap akademisi Unsrat itu.
Sebelumnya,
Kepala Biro Hukum, Komunikasi, dan Informasi Publik KemenPAN-RB Herman
Suryatman mengatakan, untuk pengadaan PNS tahun depan masih sedang
dikaji ulang. Namun dikatakannya, prioritas utama penerimaan PNS berada
di daerah otonomi baru (DOB). "Untuk daerah lainnya akan disesuaikan
dengan kebutuhan objektif, serta mempertimbangkan kapasitas fiskal
daerah," ujarnya, Selasa (25/10).
Sebelumnya, Deputi
Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) KemenPAN-RB Setiawan Wangsaatmaja
mengungkapkan, formasi kebutuhan CPNS tengah didiskusikan. Jabatan
yang dibuka, juga didasari pada analisis jabatan dan beban kerja. Namun,
Iwan, sapaanya belum bisa memastikan. Dengan begitu, Iwan mengaku,
belum mengetahui secara pasti apakah akan tetap membuka penerimaan CPNS
sesuai formasi yang pernah dihitung mantan MenPAN-RB sebelumnya, yakni
sebanyak 81 ribu kursi.
Hanya saja penerimaan CPNS
tetap berlaku bagi jabatan-jabatan tertentu, seperti tenaga kesehatan,
pendidikan, dan jabatan lain untuk menunjang program Nawa Cita
pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). "Kalau pun ada penerimaan CPNS, pasti
akan dibatasi untuk jabatan-jabatan tertentu saja. Tidak semua dibuka
karena moratorium masih berlaku," ujar dia.
Yang paling
mendasar untuk menerima CPNS adalah pertimbangan keuangan negara. "Jadi
penerimaan CPNS harus mempertimbangkan keuangan negara atau kapasitas
fiskal, rasio belanja di pemerintah daerah dan pusat, analisis jabatan,
dan beban kerja," jelas dia. Soal kepastian penerimaan, menurutnya belum
bisa dipastikan. "Belum tahu, makanya dihitung lagi. Kalau belum
diputuskan juga sampai akhir tahun, ya berarti di tahun depan," jelas
Iwan.
Sumber: manadopostonline.com
Post A Comment:
0 comments: